
Namun demikian, meskipun pemerintah telah menghimbau dan menetapkan aturan-aturan tertentu selama pandemik Covid-19 ini berlangsung, akan tetapi tidak sedikit masyarakat yang menyepelekan himbauan dan aturan pemerintah tersebut.
Banyak diantaranya yang tidak menggunakan masker saat bepergian dan tidak menerapkan physical distancing seperti halnya tetap berkerumunan diwarung kopi. Mereka terlalu mengganggap sepele masalah yang sedang berlangung dan bahkan adapula diantara mereka yang menganggap bahwa pandemic Covid-19 ini hanyalah rekayasa belaka demi keuntungan pemerintah.
Mereka tidak menyadari bahwa nyawa adalah taruhannya apabila terpapar Covid-19 ini. Virus akan dengan cepat menyebar apabila kita berkerumunan dan tidak menjalankan protokol keehatan seperti yang dianjurkan. Apabila satu orang yang berada dikeruunan telah terpapar Covid-19 maka akan sangat mudah menyebar ke yang lainnya. Penyebaran Covid-19 dapat melalui mata, hidung dan mulut yang akan menyerang saluran pernapaan dan paru-paru objek yang akan terjangkit Covid-19 tersebut.
Ketidakpedulian masyarakat Aceh terhadap pandemik Covid-19 ini membuat kasus positif Covid-19 di Aceh meningkat, dimana sejak kasus ini muncul hingga tanggal 29 mei 2020 hanya terdapat 20 kasus positif Covid-19 dengan rician 17 orang sembuh, 2 dirawat dan satunya meninggal dunia. Namun seiring berjalannya waktu, masyarakat terus mengabaikan anjuran pemerintah sehingga kasus positif Covid-19 di Aceh melunjak.
Seperti dilansir pada laman dinkes.acehprov.go.id, jumlah kasus pasien postif korona di provinsi Aceh terus meningkat. Pada tanggal 23 juni 2020 diberitakan jumlah pasien positif korona di Provinsi Aceh telah mencapai 50 kasus dan melunjak menjadi 66 kasus pada tanggal 25 juni 2020 dengan catatan sembuh 20 orang, meninggal 2 orang, dirawat 44 orang, PDP 119 orang dan ODP sebanyak 2253 orang.
Kasus positif Covid-19 do provinsi Aceh akan terus meningkat seiring dengan ketidakhirauan masyarakat terhadap himbauan pemerintah untuk menerapkan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat tersebut.
Kasus positif Covid-19 yang terus meningkat dapat melumpuhkan pelayanan kesehatan di rumah sakit rujukan Covid-19. Seperti halnya perawat di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUDZA) yang terjangkit Covid-19 yang tertular dari pasien yang dirujuk kerumah sakit tersebut. Apabila kasus seperti ini terus terjadi maka kelumpuhan pelayanan kesehatan akan terwujudkan.