PPS Desa Kampung Belakang Menggelar Rapat Pleno Rekapitulasi Daftar Pemilih Hasil Pemutakhiran

3 Aug 2024 - 14:54
2 dari 3 halaman

Sementara itu Geuchik Kampung Belakang yang diwakili oleh Sekdes Hendra mengatakan ucapan terimakasihnya kepada PPS, Sekretaris, dan Pantarlih desa kampung Belakang yang telah bekerja keras siang dan malam untuk mendata para warga dan mendaftarkan warga untuk dapat mengikuti pemilu pilkada mendatang.

Hendra juga menyampaikan pertanyaan dari pak gaechik untuk menanyakan apakah pemilih luar daerah tetapi ingin memilih di TPS kampung belakang apakah bisa memilih disaat hari pemilihan nanti, dan pak geuchik juga berpesan kepada petugas panitia pilkada jangan menyatukan semua TPS disatu lokasi yang sama.

Selanjutnya Ketua Tuha Peut kampung belakang Firdaus, SH mengatakan ucapan terimakasihnya kepada panitia yang mengundang kami ke acara rapat hari ini. Dan kami ucapkan terimakasih juga kepada adik-adik kami ketua dan anggota PPS kampung Belakang, dan adik-adik kami sekretaris PPS dan Pantarlih Kampung Belakang.

Saya sangat bangga dan memberi apresiasi kepada kalian semua, walaupun kalian bertugas dalam keadaan serba kekurangan tetapi kalian dengan sukses menjalankan tugas ini dengan baik. Semoga kalian ini menjadi contoh bagi adik-adik yang menjadi peganti kalian semua, kalian yang begitu kuat dan kompak menjalankan tugas ini.

Kalian semua adalah timses negara yang bertugas untuk negara dan menjalankan tugas untuk mengsukseskan pilkada Bupati dan calon Bupati, Gubernur dan calon Gubernur tahun 2024 di desa kampung belakang ini, ungkap Firdaus.

Terkait

DEMA FUF dan HmI Ushuluddin Gelar Diskusi Publik Menilai Kejujuran dan Kinerja Pemerintah Aceh Banda Aceh | Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ushuluddin (DEMA FUF) bekerja sama dengan HmI Komisariat Fakultas Ushuluddin menggelar Diskusi Publik di Warkop MK Kupi Premium, Ulee Kareng, pada 25 November 2025. Kegiatan ini mengusung tema “Menilai Kejujuran dan Kinerja Pemerintah Aceh dalam Politik Perjuangan Aceh.” Dalam forum tersebut, panitia menghadirkan dua pemantik diskusi, yakni Zulfata Al-Ghazali (Direktur Lembaga Inovasi Indonesia) serta Tengku Raja Aulia Habibi (Presiden Mahasiswa UIN Ar-Raniry). Keduanya memberikan pandangan kritis terkait dinamika politik Aceh dan kualitas tata kelola pemerintah daerah Ketua DEMA FUF, Zuhari Alvinda Haris, menyampaikan apresiasinya terhadap para pembicara yang dinilai berhasil mendorong peserta untuk berpikir lebih kritis terhadap kebijakan Pemerintah Aceh. “Saya senang melihat bagaimana penyampaian para pemantik mampu menghidupkan diskusi hari ini. Seluruh keresahan peserta terkait isu-isu aktual di Aceh dapat disampaikan secara lugas,” ujar Zuhari, Selasa, 25 November 2025. Ia menambahkan, seharusnya terdapat perwakilan DPR Aceh yang turut hadir sebagai representasi legislatif. Namun, ketidakhadiran tersebut disebabkan oleh agenda rapat anggaran jelang paripurna DPRA pada 28 November 2025. Sementara itu, Ketua HmI Komisariat Ushuluddin juga menilai kegiatan ini sebagai langkah awal penguatan budaya intelektual mahasiswa. “Diskusi publik seperti ini penting untuk dirawat sebagai ruang pergerakan mahasiswa. Idealnya dilakukan secara berkala, setidaknya seminggu sekali agar semangat perjuangan dan kesadaran kritis tetap terjaga,” ungkapnya. Di balik penyelenggaraan diskusi ini, panitia menegaskan bahwa ruang-ruang seperti ini merupakan upaya membebaskan mahasiswa dari belenggu ketakutan untuk terlibat dalam perumusan arah kebijakan daerah. Selain itu, forum semacam ini menjadi wadah penting untuk menyalurkan aspirasi masyarakat yang seringkali tidak tertampung dalam mekanisme formal pemerintahan. Pada akhirnya, mahasiswa menegaskan kembali perannya sebagai perpanjangan tangan rakyat dalam mengawal stabilitas dan integritas kebijakan publik. Mereka menolak anggapan bahwa mahasiswa tidak layak dilibatkan dalam proses kebijakan. “Mahasiswa adalah agent of change, bukan ‘agent of peng’,” tegas Presiden Mahasiswa UIN Ar-Raniry. Maka dari itu, mahasiswa wajib menilai bagaimana kejujuran dan kinerja pemerintah Aceh dalam fase kepemimpinan sekarang. Dan mahasiswa harus sadar akan posisi yang dimilikinya. Zuhari menyampaikan kekecewaan terhadap pemerintah Aceh, karena tidak ada satupun dari pemerintah dan legislatif yang dapat berhadir. "Pada diskusi ini jelas pihak pemerintah tidak bisa memberikan kejelasan yang jujur kepada publik, karena kami sudah mencoba menghubungi pihak pemerintah dan legislatif untuk bisa berhadir dalam diskusi publik ini. Dan jelas publik ingin tahu bagaimana kejujuran pemerintah Aceh dalam bekerja untuk rakyat Aceh. Dan jujur pemerintah Aceh takut mengungkap kebenaran" Jelasnya. Oleh karena itu, Patut menjadi tanda tanya bagi masyarakat, apakah pemerintah Aceh sekarang telah menjalankan fungsi mereka sebagai pemimpin dan perwakilan rakyat di pemerintahan atau tidak. Bahkan mereka takut untuk menjelaskan kepada masyarakat bagaimana kinerja yang sebenarnya dari pemerintah Aceh sekarang ini.