Tradisi Endog-endogan: Warisan Budaya Banyuwangi untuk Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW

5 Sep 2025 - 21:33
2 dari 3 halaman

Berdasarkan cerita lisan masyarakat yang dikutip dari arsip berita detikJatim, tradisi ini diyakini pertama kali digagas oleh KH Abdullah Faqih dari Cemoro, Songgon.

Penulis buku Islam Blambangan, Ayung Notonegoro, menyebutkan bahwa setiap sisi tradisi endog-endogan memiliki nilai filosofis. Telur dengan tiga lapisan kulitnya menggambarkan Islam, Iman, dan Ihsan sebagai lapisan spiritual yang wajib dimiliki seorang muslim.

Sejak kemunculannya, tradisi ini mengalami naik-turun. Ada masa ketika perayaan berlangsung meriah, tetapi ada pula saat hampir tergerus modernisasi. Namun, pada 1995 pemerintah Banyuwangi mulai memberi perhatian dengan memasukkannya ke dalam agenda resmi pariwisata. Sejak saat itu, tradisi ini dikemas lebih menarik untuk menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.

Kini, tradisi endog-endogan semakin berkembang. Arak-arakan lebih tertata, dekorasi telur makin kreatif, dan fungsi sosialnya kian terasa sebagai sarana mempererat persatuan masyarakat. Setiap daerah di Banyuwangi bahkan memiliki ciri khas tersendiri dalam menghias jodang dan menyelenggarakan prosesi, yang menunjukkan kekayaan budaya lokal yang tetap terjaga.

Rangkaian Acara Tradisi Endog-endogan

Tradisi endog-endogan memiliki tahapan acara penuh makna yang memperlihatkan kekayaan budaya Using serta semangat umat Islam dalam memperingati Maulid Nabi. Berikut susunannya: