Saya Tak Pernah Sembuh: Suara Luka Seorang Korban Sodomi Anak yang Tak Pernah Hilang

Aceh Selatan, Koranindependen.co – Saat kabar penangkapan seorang pria lanjut usia karena dugaan sodomi terhadap dua anak bawah umur di Aceh Selatan menggemparkan publik, luka lama yang nyaris membatu di dada seorang perempuan kembali menganga.
Ia bukan korban dari kasus terbaru itu. Tapi ia tahu betul bagaimana rasanya menjadi anak kecil yang dihancurkan oleh orang terdekat. Ia berbicara sebagai penyintas. Seorang ibu dari lima anak, nenek dari dua cucu, yang masih membawa luka dari usia empat tahun.
“Saya adalah korban sodomi di usia 4 tahun. Pelakunya keluarga dekat saya sendiri. Hari ini saya telah berkeluarga, tapi luka itu tidak pernah benar-benar sembuh. Saya tak pernah pulih sepenuhnya.”
Dengan suara bergetar, ia menceritakan bahwa luka itu terus mengikutinya, dari masa kecil hingga dewasa. Ia pernah menyampaikan kejadian itu kepada orangtuanya saat berusia 30 tahun. Namun, tak ada pelukan, tak ada air mata. Hanya keheningan yang menyakitkan.
“Saya ceritakan pada orangtua saya, berharap mereka peluk saya, menangis bersama saya. Tapi yang saya dapat hanya diam. Tak ada tanggapan. Seolah-olah saya membicarakan sesuatu yang tidak penting.”
Bagi banyak orang, kata "sodomi" atau "kekerasan seksual" mungkin hanya barisan kalimat di koran. Namun bagi korban, itu adalah kehancuran masa depan yang dibungkus dendam, kemarahan, rasa malu, dan ketakutan yang tak berujung.